NASA dan Jaringan Peringatan Asteroid Dunia Awasi Komet Antarbintang 3I ATLAS
- account_circle Al Muhammad
- calendar_month Ming, 2 Nov 2025

3I ATLAS
Ternate,KOKEHE – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bersama International Asteroid Warning Network (IAWN) tengah menggelar kampanye global untuk memantau komet antarbintang 3I/ATLAS. Langkah ini dilakukan meski NASA memastikan objek tersebut tidak memiliki dampak terhadap Bumi. Fenomena ini menjadi sorotan publik internasional karena disebut sebagai salah satu tamu langka dari luar tata surya.
IAWN sendiri merupakan jaringan yang dibentuk di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan rekomendasi kepada negara-negara dunia mengenai cara merespons potensi ancaman dari objek luar angkasa. Dalam kampanye kali ini, jaringan tersebut bekerja sama dengan NASA, lembaga riset astronomi, observatorium, serta para astronom amatir dari berbagai negara.
Upaya global tersebut bertujuan memperkuat kemampuan dunia dalam mendeteksi, melacak, dan memprediksi pergerakan benda langit yang dapat menimbulkan risiko bagi Bumi. Fokus pengamatan diarahkan pada komet 3I/ATLAS yang menunjukkan karakteristik unik—dan berpotensi memberikan wawasan baru tentang perilaku objek dari luar tata surya.
Komet C/2025 N1 (ATLAS) pertama kali terdeteksi pada 1 Juli 2025 oleh teleskop Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Chili. Berdasarkan analisis lintasannya, NASA menyimpulkan bahwa objek tersebut berasal dari sistem bintang lain, menjadikannya pengunjung antarbintang ketiga yang pernah tercatat setelah ‘Oumuamua pada 2017 dan Borisov pada 2019.
Menurut perhitungan NASA, 3I/ATLAS mencapai titik terdekatnya dengan Matahari pada 20 Oktober 2025, sementara jaraknya dengan Bumi berada pada 270 juta kilometer—terlalu jauh untuk menimbulkan efek gravitasi atau risiko tumbukan. Dengan demikian, komet ini dinyatakan tidak berbahaya bagi planet kita.
Namun, bagi para ilmuwan, kehadirannya adalah kesempatan langka untuk mempelajari perilaku benda langit yang tidak terikat oleh gravitasi Matahari. Komet antarbintang seperti ATLAS memiliki lintasan hiperbolik, artinya mereka hanya melintas sekali sebelum meninggalkan tata surya untuk selamanya.
Pengamatan menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble memperlihatkan bahwa 3I/ATLAS memiliki koma samar dan ekor debu tipis, ciri khas komet yang sedang aktif namun tidak terlalu terang. Berdasarkan data observasi, komet ini diperkirakan berdiameter sekitar 5,6 kilometer.
Lebih jauh, hasil analisis dari Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) menunjukkan kandungan karbon dioksida (CO₂) yang sangat tinggi dalam koma komet ini, sementara aktivitas es air (H₂O) justru rendah. Kondisi tersebut jarang ditemukan pada komet di tata surya kita, sehingga menimbulkan dugaan bahwa 3I/ATLAS terbentuk di lingkungan yang sangat berbeda—mungkin di wilayah dingin dengan kadar CO₂ tinggi di sistem bintang asalnya.
“Setiap kali kita menemukan komet antarbintang, kita mendapatkan potongan baru dari puzzle bagaimana sistem planet terbentuk di tempat lain di galaksi,” ujar Tom Statler, ilmuwan senior di Divisi Ilmu Planet NASA, dikutip dari The Guardian.
Meskipun NASA menegaskan bahwa 3I/ATLAS aman, pemantauan global ini juga berfungsi sebagai latihan kesiapsiagaan planet. Dengan mengoordinasikan ratusan teleskop di seluruh dunia, NASA dan IAWN menguji sistem deteksi dini dan prosedur komunikasi lintas negara untuk menghadapi skenario ancaman asteroid nyata di masa depan.
Namun, perhatian publik terhadap 3I/ATLAS juga dipicu oleh berbagai spekulasi liar. Sebagian pengguna media sosial dan penggemar teori konspirasi berspekulasi bahwa komet tersebut mungkin merupakan objek buatan atau wahana antarbintang.
Ahli astrofisika dari Harvard University, Avi Loeb, yang sebelumnya terkenal karena analisisnya terhadap ‘Oumuamua, menulis di laman Medium bahwa meskipun kecil kemungkinan 3I/ATLAS buatan, objek itu patut diperhatikan secara mendalam karena bisa memperkaya pemahaman manusia tentang benda antarbintang.
Namun, Statler menegaskan bahwa semua bukti sejauh ini menunjukkan sifat alami komet tersebut. “Benda itu tampak seperti komet, bergerak seperti komet, dan berperilaku seperti komet. Semua data menunjukkan asal-usulnya alamiah,” ujarnya.
Pemantauan besar-besaran terhadap 3I/ATLAS bukan hanya tentang keamanan planet, melainkan juga tentang memperluas wawasan manusia terhadap materi dan proses di luar tata surya. Melalui kampanye global ini, para ilmuwan berharap dapat menyempurnakan teknik pengamatan dan pemodelan lintasan komet yang kompleks.
Dengan pengamatan yang terus berlanjut hingga akhir tahun 2025, komet 3I/ATLAS menjadi simbol kolaborasi global dalam memahami alam semesta sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan manusia terhadap potensi ancaman dari ruang angkasa.
“Setiap kunjungan dari luar tata surya memberi kita kesempatan untuk belajar tentang dunia yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” tulis NASA dalam pernyataan resminya.
- Penulis: Al Muhammad
