Hiu Berjalan Maluku Utara Masuk Daftar Merah IUCN
- account_circle Al Muhammad
- calendar_month Ming, 12 Okt 2025

Hemiscyllium (source mongobay).
Ternate, Kokehe – Perairan timur Indonesia menyimpan beragam keunikan hayati yang belum banyak diketahui. Salah satunya adalah keberadaan hiu berjalan atau walking shark, spesies laut langka yang mampu “berjalan” di dasar laut menggunakan sirip dadanya. Hewan unik ini menjadikan Maluku Utara sebagai salah satu rumah penting bagi spesies endemik dunia.
Hiu berjalan memiliki nama ilmiah Hemiscyllium, termasuk dalam keluarga Hemiscylliidae. Spesies ini dikenal karena pergerakannya yang menyerupai langkah kaki, bukan berenang seperti hiu pada umumnya. Dengan cara itu, hiu berjalan mampu bergerak di dasar laut dangkal dan di antara karang saat air surut.
Gerakan “berjalan” tersebut menjadi adaptasi luar biasa untuk bertahan hidup di habitat pesisir. Hiu berjalan biasanya aktif di malam hari, ketika mencari mangsa seperti kepiting kecil, udang, dan ikan-ikan kecil yang bersembunyi di karang. Keunikan perilaku ini membuatnya menjadi salah satu spesies paling menarik di dunia bawah laut.
Dari sembilan spesies hiu berjalan yang dikenal secara global, enam di antaranya ditemukan di perairan Indonesia. Wilayah tersebut meliputi Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara, menjadikan Indonesia sebagai pusat utama keanekaragaman hiu berjalan dunia.
Khusus di Maluku Utara, perairan sekitar pulau-pulau kecil seperti Halmahera, Morotai, dan Bacan masih memiliki kawasan terumbu karang yang relatif sehat. Lingkungan ini menjadi tempat ideal bagi hiu berjalan untuk berkembang biak, mencari makan, dan berlindung dari predator alami.
Sebagai spesies endemik, hiu berjalan hanya dapat ditemukan di wilayah tertentu dan tidak hidup di tempat lain di dunia. Karena itu, keberadaannya di Maluku Utara memiliki nilai ekologis dan ilmiah yang sangat tinggi. Kehilangannya akan berdampak besar terhadap keseimbangan ekosistem laut.
Namun, ancaman terhadap populasi hiu berjalan kini semakin meningkat. Aktivitas manusia yang tidak terkendali, seperti penangkapan ikan destruktif dan perusakan terumbu karang, menjadi penyebab utama menurunnya habitat alami spesies ini di perairan Indonesia timur.
- Penulis: Al Muhammad
